Selasa, 05 November 2013

Ikan Dewa, Ikan langka dari Kuningan.

Ikan Dewa, Ikan langka dari Kuningan.
ikan-dewa-kuningan
Ikan Dewa Cibulan
Kuningan123 | Salah satu jenisa ikan langka di dunia salah satunya berada di Kuningan. Ikan dengan nama Labaebarbus dournensis atau lebih dikenal dengan ikan dewa, ikan keramat atau ikan kancra bodas dari daerah Kuningan. Ikan ini hanya ada ditempat tertentu seperti Cigugur, Cibulan, Darmaloka atau daerah Pasawahan.

Ikan ini mirip dengan ikan mas, yang membedakan adalah dari warna tubuh dan sisiknya.

Menurut masyarakat setempat, ada beberapa mitos yang beredar di masyarakat terhadap keberadaan ikan dewa. Diantara cerita yang ada adalah bahwa ikan dewa pada mulanya merupakan ikan yang ditanam oleh tokoh ulama penyebar Islam di Kuningan yaitu Rama Haji Irengan. Diyakini ikan ini memiliki alur khusus dari beberapa tempat  di atas. Terlepas dari benar atau tidaknya cerita-cerita tersebut, keberadaan ikan dewa wajib kita lestarikan.

Budaya Kawin Cai diramaikan warga Kuningan.

Budaya Kawin Cai diramaikan warga Kuningan.
Upacara Kawin Cai

Kuningan123 | Sebagai ungkapan rasa syukur atas keberhasilan usaha bercocok tanam, warga Desa Cibulan dan Babakanmulya Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan menggelar upacara adat Kawin Cai, Kamis (17/10/2013) di lingkungan mata air sumur 7 Cibulan dan Balong Dalem.

Upacara yang rutin dihelat tiap tahun ini berupa ritual mencampurkan air dari sumur 7 dan air yang ada di Balong Dalem. Ritual ini sudah dilakukan oleh nenek moyang masyarakat Babakanmulya. Waktunya adalah setiap malam Jumat Kliwon Bulan Rowah.

Sebelumnya, masyarakat terlebih dahulu menggelar beragam kesenian tradisional dan pasar malam yang memperjualbelikan beragam hasil bumi. Tradisi ini dinilai sangat unik, sehingga tidak sedikit wisatawan yang sengaja datang untuk ikut menyaksikan.

Saat upacara Kawin Cai digelar, Bupati Kuningan H Aang Hamid Suganda ikut hadir. Kehadirannya disambut hangat warga dengan prosesi Ki Lengser. Oleh Kepala Desa Babakanmulya, Bupati Aang dikalungi bunga melati sebagai salah satu bentuk penghormatan.

Bagi masyarakat sekitar, upacara Kawin Cai ini dinilai perlu terus dilestarikan. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk mensyukuri melimpahnya sumber daya alam baik itu berupa air maupun kesuburan tanah, sehingga usaha bercocok tanam mereka selalu memuaskan

Sumber : Kuningan News

Seren Taun, Pesta Budaya Akhir Tahun Hijiriah dari Cigugur Kuningan.

Seren Taun, Pesta Budaya Akhir Tahun Hijiriah dari Cigugur Kuningan.
seren-tahun-dari-kuningan
Seren Taun ciri khas Budaya Kuningan
Kuningan123 | Satu lagi budaya khas daerah Kuningan adalah Seren Tahun atau dalam bahasa Indonesia artinya adalah menyerahkan tahun. Budaya ini juga khas untuk daerah kecamatan Cigugur Kuningan yang baru saja minggu kemarin diadakan tepat tanggal 27 Oktober 2013 diadakan satu tahun sekali menjelang tahun baru Hijrian sebagai rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Ribuan warga dari berbagai pelosok daerah padati gelaran Seren Taun yang diadakan di Paseban Cigugur Kuningan. Bahkan, bukan hanya dari lokal Jawa Barat adapula yang berasal dari negara asing yakni Kamboja, Belanda, Amerika, Jepang dan beberapa negara lainnya. Mereka tampak antusias menyaksikan puluhan gelaran seni tradisional tatar sunda.

Berbagai gelar budaya tampak menyuguhkan penampilan seni tradisional. Beberapa pagelaran tradisi kesenian tersebut yakni Pesta Dadung, Seribu Kentongan, Damar Sewu, Nyimblung dan Dayung Buyung, Helaran atau Pawai Budaya, Gondang, Kidung Spiritual, Ngareremokeun, Tari Buyung, Angklung Buncis, Ngajayak, dan Penumbukan Padi.

Sementara warga yang berkunjung ke lokasi ini dinyamankan dengan leluasanya hilir mudik sepanjang lokasi pagelaran. Sebab pihak kepolisian menutup dan mengalihkan sementara aruis lalu lintas di persimpangan jalan Cigugur menuju Kadugede.

Suasana lebih semarak nampak terlihat ketika Bupati Kuningan, Aang Hamid Suganda beserta jajaran pemkab dan juga Bupati dan Wakil Bupati terpilih Ibu Hj. Utje Hamid Suganda dan H. Acep Purnama, hadir menemui dan menyaksikan gelaran tersebut.

Dalam pidatonya, Bupati menilai, antusiasme warga ini menggambarkan bahwa seni budaya tradisi masih mendapat tempat di hati masyarakat Kuningan. Kerinduan mereka bisa terobati dengan pagelaran yang semacam ini.

Namun begitu, bupati berharap, warga Kuningan dapat memaknai gelaran ini bukan hanya sekadar tontonan semata, melainkan secara menyeluruh memaknai seni budaya tradisi sebagai nilai luhur yang harus tetap dijunjung dalam keseharian, termasuk bagi bupati, budaya menjadi sumbu pembangunan yang selama ini dijalankan.

“Untuk itu, menjaga kebersihan, hidup berdampingan, silih asah silih asih dan silih asuh yang menjadi falsafah sunda, harus menjadi spirit dalam hidup, termasuk bagi saya dalam melahirkan kebijakan pembangunan” pungkas Bupati.

Sumber : Kuningan News

Pesta Dadung, Budaya khas Cigugur Kuningan

Pesta Dadung, Budaya khas Cigugur Kuningan
pesta-dadung-dari-Cigugur-Kuningan
Pesta Dadung khas Cigugur Kuningan
Kuningan123 | Salah satu budaya khas Kota Kuningan Jawa Barat adalah Pesta Dadung, yang mana budaya ini ikon atau ciri khas dari daerah Kecamatan Cigugur, Kuningan. Budaya ini menceritakan tentang syukuran bagi para petani dan anak-anak gembala.

“Dadung berarti tali yang kemudian ditalikan dengan lantunan rajah yang mengandung makna adanya kesinambungan dalam menjaga dan merawat alam dari generasi ke generasi,” ungkap salah seorang panitia kegiatan, Mang Kundang Senin (28/10/2013).

Dia menjelaskan, tradisi ini menggambarkan budak angon (pengembala kambing) di saat menggembalakan ternaknya di ladang. Kehidupan tradisi ini ada sejak tahun 1818, merupakan kaulinan barudak yang memanfaatkan waktu luang pada saat mengembala kambing. Tradisi ini, mengalami perubahan fungsi dari tradisi budak angon menjadi sikap syukur para petani setelah panen.

Pesta Dadung berarti hiburan. Sementara, dadung berarti tali yang biasa digunakan untuk mengikat kerbau dan sapi. Ada juga yang mengartikan pesta dadung adalah syukuran, hiburan bagi budak angon dan para petani ratusan tahun lalu.

Selain itu lanjut dia, dalam acara pesta dadung juga terdapat prosesi tarian adat yang menggunakan dadung (tali pengikat kerbau/hewan ternak). Tarian tersebut dilakukan oleh sekelompok anak dan orang-orang tua sambil memegang sebuah dadung sehingga membentuk sebuah lingkaran. Tarian tersebut melambangkan tarian tentang para petani dan anak-anak gembala yang bersukacita, menari sambil diiringi musik gamelan. Dan dilanjutkan dengan prosesi pembuangan hama secara simbolik. Dari prosesi tersebut para petani berharap tanaman mereka tidak lagi diganggu oleh hama perusak.

Menurutnya, kegiatan tersebut berlangsung cukup lama, sehingga perubahan tradisi itu sampai sekarang sebagai ungkapan rasa syukur dengan cara menyajikan pesta dadung. Pesta dadung, yakni sebuah ritual budak angon yang menggunakan seutas tambang pengikat ternak yang dijadikan alat untuk menari. Simbol tambang, sampai saat ini menjadi ciri khas dan tidak pernah hilang dan terus dipertahankan

Sumber : Kuningan News

Ditemukan Pagar Batu Lempung Kuno di Cipari, Kuningan

Ditemukan Pagar Batu Lempung Kuno di Cipari, Kuningan
Pagar batu lempung kuno di Cipari-Kuningan
Kuningan123 | Situs Taman Purbakala yang berada di Desa Cipari Kecamatan Cigugur Kuningan belum lama ini tengah dilakukan penggalian. Menyusul ditemukannya benda purba jenis Pagar Batu Lempung Kuno yang  dilakukan oleh para peneliti Arkeolog. Penggalian pagar Batu Lempung Kuno ini dilakukan di sekitar halaman belakang pada pagar pembatas batu di Taman Purbakala Cipari.

“Proses penggalian tanah dibelakang pagar batas taman purbakala ini dimulai sejak tanggal 21 Oktober 2013 lalu hingga direncanakan akan selesai pada 4 Nopember 2013 mendatang. Digali oleh Tim Arkeolog dari Jakarta dan Gabungan Arkeolog dari bandung beserta Borobudur Yogyakarta,” kata Maman salah seorang petugas Taman Purbakala Cipari.

Untuk itu, lanjut Maman, selama dua minggu kedepan akan terus dilakukan penggalian tanah guna mendapati dan menelusuri seberapa panjang Pagar Batu Lempung Kuno. Para tim arkeolog pun secara bertahap melakukan penggalian. Pasalnya, tes=kstur tanah yang tidak rata ini mengakibatkan proses penggalian tidak secara keseluruhan.

“Tanah ini terus digali setiap 15cm saja secara bertahap. Selain batu lempung kuno, para peneliti arkeolog pun mencari juga jenis batu kuno seperti arang dan grabah,”pungkasnya

Sumber : Kuningan News